Translate

Jumat, 12 Oktober 2012

peringatan 10 tahun Bom Bali

bali anniversary


Hari ini sepuluh tahun yang lalu, bom mengguncang pulau Bali dan menewaskan ratusan orang dari berbagai bangsa. Keluarga dan kerabat para korban berkumpul di Bali untuk mengenang orang-orang tercinta yang meninggal dunia dalam peristiwa itu
Ayu Sila Prihana, korban bom Bali I, tidak merasa dendam dengan para pelaku.
Keluarga korban dan korban selamat dalam peristiwa bom Bali 12 Oktober 2002 giat menyebarkan pesan perdamaian menjelang peringatan 10 tahun ledakan bom yang menewaskan 202 orang tersebut.
Hayati Eka Laksmi (42 tahun) yang kehilangan suaminya Imawan Sahardjo, mengatakan pesan perdamaian itu disampaikan agar tidak ada lagi korban kekerasan.
Yang namanya kampanye perdamaian, belajar untuksurvive, sampaikan kepada pelaku sudah cukuplah. Cukup kita yang merasakan kehilangan anak-anak yang kita cintai dan cukup anak-anak kita yang menjadi yatim massal," jelas Eka.
Ketika peristiwa bom Bal 2002, Eka merupakan ibu rumah tangga, dengan dua putra berusia dua dan tiga tahun. Suaminya ketika itu melintas di kawasan Kuta, tak jauh dari mobil yang membawa bom yang meledakkan Sari Club dan Paddy's Cafe.
Pasca peristiwa bom Balim sekitar 22 orang keluarga korban membentuk komunitas Isana Dewata, sebagai kelompok pendukung untuk saling menguatkan, setelah ditinggal keluarga mereka.
"Saat itu ada 22 orang yang kehilangan istri dan suami, 19 orang diantaranya ibu rumah tangga, dan ada 47 anak yang menjadi yatin ataupun piatu," jelas Eka.
Eka mengatakan hampir seluruhnya perempuan yang suaminya menjadi korban bom Bali 2002 , merupakan ibu rumah tangga, sehingga kehilangan sumber mata pencaharian.
"Saya kemudian bekerja di LSM, dan akhirnya beberapa tahun terakhir mengajar di Sekolah Muhammadiyah di Denpasar," kata dia.

'Anak-anak menjadi yatim'

Sementara itu, Yayuk seorang korban selamat, masih menyisakan guratan bekas luka bakar di wajah, paha dan lengan.
Ketika ditemui Kamis (11/10) siang, perempuan asal Jember ini tak ragu untuk memperlihatkan bekas luka di lengannya.
"Ga' ada gunanya sih rendah diri, ya saya menerima saja kondisi ini mungkin ini yang digariskan oleh Tuhan kepada saya," jelas Yayuk.
"Sempat ada kemarahan terhadap para pelaku, tetapi pendeta mengatakan tak boleh ada dendam dan akhirnya saya menerima," kata dia.
Ketika ledakan terjadi dia berada di Paddy's cafe bersama dengan rekannya.
"Ketika itu gelap, dan kayak ada bola api seperti bola pimpong, dan saya terpental diantara tubuh-tubuh orang," kata dia.
Kemudian, Yayuk diselamatkan oleh seseorang dan dibawa ke RS Sanglah, dan sempat dirawat selama tiga hari di ruang perawatan intensif.
Dia menderita luka bakar sekitar 20 persen dan sempat mendapatkan perawatan selama satu bulan di rumah sakit di Perth, Australia.
Beberapa tahun terakhir dia bergabung di Isana Dewata, bersama Eka, korban dan keluarga korban lainnya.
Selama 10 tahun terakhir Eka menyimpan pertanyaan kepada para pelaku, "Jika berkesempatan bertemu, saya ingin mengajukan pertanyaan apa alasan mereka melakukan itu, dan jihad itu bukan seperti yang mereka pahami, mereka malah membuat anak-anak menjadi yatim dan bahkan sebagian besar korban justru umat Muslim." kata Eka.

Tidak dendam

Di tempat terpisah, korban ledakan Bom Bali, Ayu Sila Prihana Dewi, mantan karyawan Sari Club Kuta -- yang menderita luka bakar di bagian lengan -- mengaku hanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk pulih dari trauma, karena mengikuti konseling psikologis, dan kemudian bekerja di tempat yang sama
Ayu pun pernah ke Aceh untuk membantu memulihkan trauma yang dialami para korban selamat tsunami.
"Ya meski musibahnya berbeda tetapi lebih mudah bicara dengan orang yang pernah mengalami musibah juga," kata Ayu.
Ayu mengaku menerima luka yang dideritanya dan tidak merasa dendam dengan para pelaku, itupula yang disampaikan ketika menjadi saksi salah satu pelaku ledakan Bom Bali 2002, Amrozi.
"Amrozi, trus Imam Samudera saya ga' mau datang, karena kesal melihat orangnya karena gimana itu. Sempat ditanya bagaimana perasaannya, apakah dendam, saya bilang dendam juga rugi apakah bisa mengembalikan kondisi tangan saya dan teman-teman yang sudah meninggal, dendam juga tak ada artinya kan?," Jelas Ayu.
Ayu juga tergabung dalam Isana Dewata tetapi mengaku tak terlalu aktif dan hanya bertemu ketika ada acara yang digelar oleh organiasai itu.
Peringatan 10 tahun peristiwa Bom Bali 2002, akan digelar di Kompleks Garuda Wisnu Kencana Bali yang dihadiri oleh Perdana Menteri Australia, pada Jumat (12/10). Pemerintah Australia juga menerbangkan keluarga korban dari Australia ke Bali, dan juga mengundang korban selamat dan keluarga korban ledakan bom di Indonesia.

Tidak ada komentar: